Spermatogenis

Pembentukan sperma (spermatogenis) dimulai dari pembelahan mitosis sel-sel induk sperma (spermatogonium) beberapa kali hingga dihasilkan lebih banyak spermatogonium. Setelah dari sel-sel spermatogonium tersebut terus melanjutkan pembelahan mitosis, sedangkan setengah yang lain membesar menjadi spermatosit primer. Karena pembentukan spermatosit primer melalui pembelahan mitosis maka hasilnya memiliki kromosom diploid (2n) sama dengan spermatogoniumnya. Spermatosit primer berikutnya membelah secara metosis (tahap I) menghasilkan spermatosit skuder, dengan kondisi kromoson haploid (tahap II) menghasilkan dua sel yang juga haploid, yang disebut spermatid, sehingga diperoleh 4 spermatid. Sel-sel spermatid akan mengalami diferensiasi (perubahan bentuk) menjadi sel spermatozoa atau sperma. Perubahan itu meliputi pembentukan kepala, badan, (bagian tengah), dan ekor (fiagela).

Jika peristiwa pembentukan sperma ini sudah selesai maka protein pengikat androgen tidak diperlukan sehingga sel sartoli akan mengahsilkan hormon inhibin untuk memberikan umpan balik upaya hipotesis menghentikan produksi FSH dan LH. Spermatozoa yang telah terbentuk akan dapat sampai ke uretra (saluran keluar pada penis) jika di bantu oleh cairan yang dihasilkan oleh vesikula semenalis, kelenjar prostat dam kelenjar Cowper (galndula bulbouretralis). Cairan yang dihasilkan vesikula seminalis berfungsi membantu spermatozoa agar mudah bergerak, memberi nutrisi, dan menormalkan keasaman pH saluran reproduksi wanita pada saat kopulasi. Spermatozoa bersama cairan tersebut disebut dengan istilah semen atau air mani. Saat kopulasi (hubungan intim), seorang laki-laki dapat mengeluarkan sekitar 350-360 juta sel sperma di dalam 3 ml air mani.

Struktur sperma terdiri dari bagian berikut:

a kepala, mengandung inti sel: pada bagian ujungnya terdapat akrosom yang dibentuk dari badan golgi Akrosom menghasilkan enzim yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur;

b Bagian tengah, (midpiece); terdapat mitokondira tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif;

c Ekor, sebagai alat gerak sperma agar mencapai ovum.

Setelah sperma terbentuk akan mengalir ke saluran pengumpul yang disebut epididimis. Dari epididimis sperma meninggalkan testis melalui vas deferens, kemudian ditampung di dalam kantong sperma (vesikula seminalis). Dari kantong seperma dialirkan melalui saluran penyembur (duktus ejakulatorius). Sperma mendapat tambahan cairan dari kelenjar prostat. Cairan prostat merupakan medium sperma, yang memberi makan sperma dan menjaga pH sperma.

M. Thoyib HM

terkadang kehidupan dunia membuat kita lalai dalam mengerjakan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban untuk akhirat

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post