No title

2.5 PERAWATAN PRE-OP

1. Jelaskan prosedur yang dilakukan dan tujuannya kepada ibu. Jika ibu tidak sadar, jelaskan prosedur kepada keluarganya.

2. Dapatkan izin/ persetujuan tindakan untuk pelaksanan prosedur

3. Bantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan diri secara emosional dan psikologis dalam menghadapi prosedur tindakan bedah

4. Tinjau kembali riwayat medis ibu

5. Kirim sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit, golongan darah dan lakukan skrining, serta siapkan darah untuk kemungkinan transfusi. Jangan menunda transfusi jika memang di perlukan.

6. Cuci area yang akan di insisi dengan sabun dan air jka perlu.

7. Jangan mencukur rambut pubis ibu karena dapat meningkatkan resiko infeksi luka. Rambut pubis dapat dicukur, jika perlu

8. Pantau dan catat tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu)

9. Berikan premedikasi yang tepat untuk anestesi yang digunakan

10. Berikan antasid (natrium sitrat 0,3 % sebanyak 30 ml atau magnesium trisilikat 300 mg)

11. Pasang kateter urine dan pantau pengeluaran urine

12. sPastikan bahwa semua informasi yang relevan disampaikan kepada anggota tim yang lain.

2.6 PERAWATAN POST-OP

2.7.1 Prinsip perawatan pasca operasi

1 Atur posisi pemulihan pada ibu

1) Atur posisi ibu agar miring dengan kepala agak diekstensikan untuk memastikan kebersihan jalan napas.

2) Letakkan lengan atas di depan tubuh ibu untuk memudahkan pengukuran tekanan darah.

3) Letakkan tungkai dalam posisi fleksi dengan tungkai atas agak lebih difleksikan dari pada tungkai bawah untuk mempertahankan keseimbangan.

4) Kaji kondisi ibu segera setelah prosedur.

Periksa tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan dan suhu setiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian setiap 30 menit pada jam berikutnya

Kaji tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai ibu sadar.

Pastikan ibu tetap diawasi sampai ia sadar

2 Pastikan jalan napas dan ventilasi adekuat.

3 Jika perdarahan terjadi :

1) Masase uterus untuk mengeluarkan darah dan bekuan darah. Adanya bekuan darah akan menghambat kontraksi uterusyang efektif.

2) Berikan oksitosin 20 unit dalam 1 L cairan IV (normal salin atau ringer laktat) dengan kecepatan 60 tetes per menit dan ergometrin 0,2 mg melalui im serta prostaglandin (perhatikan kontra indikasi) obat-obatan ini dapat diberikan secara bersamaan atau berurutan.

4 Lakukan tranfusi, jika diperlukan.

5 Jika terdapat tanda-tanda infesi atau saat ini ibu demam, berikan kombinasi antibiotik sampai ibu tidak demam selama 48 jam.

1) Ampisilin 2 g melalui IV setiap 6 jam.

2) Ditambah gentamisin 5 mg/ kg berat badan melalui IV setipa 8 jam.

3) Ditambah metronidazol 500 mg melalui IV setiap 8 jam

4) Jika infeksi tidak berat, dapat digunakan amoksisilin 500 mg per oral setiap 8 jam sebagai pengganti ampisilin. Metronidazol oral dapat diberikan sebagai pengganti metronidazol melalui IV.

6 Balutan dan Perawatan luka

Balutan adalah barier pelindung terhadap infeksi saat proses penyembuhan yang disebut "reepitelisasi" terjadi. Pertahankan balutan di atas luka pada hari pertama pasca operasi untuk melindungi luka terhadap infeksi sewaktu reeptelisasi terjadi.

1) Jika darah atau caira merembes pada balutan awal, jangan mengganti balutan. Lakukan hal berikut:

Kuatkan kembali balutan.

Pantau jumlah darah/ cairan yang keluar dengan menandai noda darah pada balutan dengan pena.

Jika perdarahan semakin banyak atau jika noda darah menutupi setengah balutan atau lebih, lepaskan balutan dan inspeksi luka. Ganti dengan balutan lain yang steril.

2) Jika balutan menjadi longgar, kuatkan kembali dengan menggunakan lebih banyak plester dan bukan melepas balutan dan mengurang resiko infeksi.

3) Ganti balutan dengan menggunakan teknik steril

4) Luka harus bersih dan kering tanpa tanda-tanda infeksi atau seroma sebelum ibu pulang dari rumah sakit.

7 Ambulasi

Ambulasi meningkatkan sirkulasi, menguatkan napas dalam, dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Untuk itu, dorong latihan kaki dan tungkai, kemudian lakukan mobilisasi sesegera mungkin yang biasanya dilakukan dalam 24 jam. Pada sebagian besar kasus, satu hari setelah pembedahan pasien seyogyanya dapat turun dari tempat tidur dengan bantuan paling sedikit dua kali. Waktu ambulasi dapat diatur sehingga analgesik yang baru diberikan dapat mengurangi nyeri. Pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan bantuan. Dengan ambulasi dini, trombosis vena dan emboli paru jarang terjadi.

8 Fungsi Gastrointestinal

Fungsi gastrointestinal biasanya cepat kembali normal pada pasien obstetrik. Pada sebagian prosedur tanpa penyulit, fumgsi usus harus normal dalam 12 jam setelah pembedahan.

Jika prosedur bedah tanpa penyulit, berikan diet makanan cair.

Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau jika seksio sesarea dilakukan karena persalinan macet atau karena ruptur uterus, tunggu sampai bising usus terdengar sebelum memberikan makanan cair.

Jika ibu telah flatus, mulai berikan makanan padat.

Jika ibu mendapat cairan IV`, lanjutkan pemberian sampai ibu mampu mengkonsumsi makanan dengan yang diberikan dengan baik.

Jika anda memperkirakan bahwa ibu mendapat cairan IV selama 48 jam atau lebih, infuskan larutan elektrolit seimbang (misalnya kalium klorida1,5 gram dalam 1 L cairan IV)

Jika ibu mendapat cairan IV selama lebih dari 48 jam, pantau elektrolit setiap 48 jam. Infus cairan IV yang berkepanjangan dapat mengganggu keseimbangan elektrolit.

Pastikan ibu mematuhi program diet sebelum pulang dari rumah sakit.

2.7.2 Nasihat pasca operasi

1) Dianjurkan untuk tidak hamil selama lebih kurang dua tahun, dengan menggunakan alat kontrasepsi

2) Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan ANC yang baik

3) Perlu tidaknya persalinan berikut harus dengan seksio sesarea tergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya

4) Hampir di seluruh institusi di Indonesia tidak dianut diktum " once a cesarean always a cesarean" tetapi yang dianut adalah " once a cesarean Knot always a cesarean " kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo-pelvik

M. Thoyib HM

terkadang kehidupan dunia membuat kita lalai dalam mengerjakan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban untuk akhirat

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post