Komplikasi

Morbiditas setelah seksio sesarea dipengaruhi oleh keadaan-keadaan ketika prosedur operasi dilakukan. Komplikasi yang terjadi dapat mencakup histerektomi, cedera operatif pada struktur panggul, infeksi serta perlunya transfusi.

2.4.1 Pada ibu

1 Infeksi puerperalis (nifas)

1) Infeksi luka insisi

Faktor resiko untuk infeksi luka adalah obesitas, diabetes, terapi kortikosteroid, imunosupresif, anemia, dan gangguan hemostasis disertai pembentukkan hematom.

Abses insisi yang timbul setelah seksio sesarea biasanya menimbulkan demam yang dimulai sekitar hari keempat pascaoperasi. Pada banyak kasus abses ini didahului oleh infeksi uterus, dan terjadi demam menetap walaupun pasien mendapat terapi intimikroba yang memadai.

2) Peritonitis

Komplikasi ini jarang dijumpai apabila terapi segera diberikan, tetapi mungkin ditemukan infeksi paskaseksio sesarea apabila terjadi nekrosis dan terlepasnya insisi. Peritonitis juga kadang-kadang dijumpai pada yang memiliki riwayat seksio dan persalinan pervaginam. Yang jarang terjadi adalah rupturnya abses parametrium atau adneksa yang terjadi pada tahap lanjut selulitis panggul dan menimbulkan peritonitis generalisata parah.

Nyeri mungkin hebat, distensi usus yang hebat terjadi akibat ileus paralitik. Apabila infeksi dimulai dari uterus dan meluas ke peritoneum terapi biasanya bersifaf medis. Sebaliknya peritonitis akibat lesi usus atau nekrosis insisi uterus sebaiknya diterpi secara bedah. Terapi antimikroba dilanjutkan.

3) Infeksi adneksa

Pada infeksi tuba fallopii umumnya hanya terkena dalam bentuk perisalpingitis tanpa menyebabkan oklusi dan sterilitas di kemudian hari. Walupun jarang, dapat terjadi abses ovarium yang munkin akibat invasi bakteri melalui robekan dikapsul ovarium. Abses biasanya unilateral dan pasien datang setelah 1 sampai 2 minggu setelah persalinan.

4) Flegmon parametrium

Pada sebagian wanita yang mengalami metritis paska seksio sesarea, terjadi selulitis parametrium yang parah dan membentuk suatu daerah indurasi yang disebut flegmon diantara lembar-lembar ligamentum latum. Pada pasien yang mengalami infeksi panggul paska seksio sesarea, infeksi harus dipertimbangkan apabila demam menetap setelah 72 jam walaupun pasien dapat terapi yang memadai. Infeksi dapat meluas di sepanjang garis pemisah alami apabila reaksi peradangannya hebat. Bentuk tersering peluasan adalah kea rah lateral langsung, sepanjang dasar ligamentum latum, dengan kecenderungan meluas ke dinding panggul lateral. Perluasan ke posterior mungkin mengenai septum rektovagina dan membentuk suatu massa padat posterior dari serviks.

Pada sebagian wanita dengan flegmon, terapi kontinu dengan salah satu regimen antimikroba intravena akan menghasilkan respons klinis. Pasien biasanya tetap afebris selama 5 sampai 7 hari atau mungkin lebih lama. Indurasi kemudian akan diserap , tetapi diperlukan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum lesi lenyap.pembedahan direncanakan pada wanita yang di curigai mengalami nekrosis di tempat insisi uterus. Histerektomi dan debridement secara bedah biasanya sulit dilakukan dan sering terjadi perdarahan yang cukuo besar.

5) Abses panggul

Meskipun jarang terjadi, dapat terjadi flegmon parametrium yang kemudian mengalami supurasi walau telah di berikan terapi antimikroba yang tepat secara dini untuk metritis. Kadang – kadang terjadi akumulasi darah dibawah flap kandung kemih setelah seksio sesarea. Hematom juga dapat terbentuk di ligamentum latum dekat insisi uterus. Hematom biasanya dapat di aspirasi dengan tuntunan CT scan

6) Tromboplebitis septic di panggul

Infeksi bakteri seperti biasa di tempat implantasi plasenta atau yang lebih sering pada lokasi insisi uterus. Infeksi inii menyebabkan trombosis vena miometrium, vena-vena ovarika mungkin terkena. Flebitis septic pada vena ovarika sinistra dapat meluas ke vena renalis. Sering juga terjadi limfangitis secara bersamaan.

Derajat infeksi puerperalis secara umum dibagi menjadi :

a. Ringan ; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

b. Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung

c. Berat ; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering di jumpai pada seksio sesarea sekunder pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum ketuban telah pecah terlalu lama.

d. Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat

2 Perdarahan, disebabkan karena:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada plasental bed

3 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi

4 Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang pada ibu dengan insisi vertikal tinggi (klasik)

2.4.2 Pada anak

Seperti halnya pada ibunya, keadaan anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea tergantung dari keadaan yang menjadi alasanuntuk melakukan seksio sesarea

M. Thoyib HM

terkadang kehidupan dunia membuat kita lalai dalam mengerjakan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban untuk akhirat

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post