No title

Kebutuhan dan Tugas Perkembangan Remaja

I. Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya

Seseorang yagn berbuat atau melakukan sesuatu, setidaknya karena ada kebutuhan yang hendak dicapainya. Sartain dalam bukunya, Psychology Understanding of Human Behavior memberikan arti khusus terhadap istilah kebutuhan sebagai suatu kekurangan di dalam sesuatu (manusia, tumbuhan atau hewan). Contohnya, seekor binatang yang berkeliaran mencari mangsa, berarti lapar. Lapar karena ada kekurangan (makanan) di dalam tubuhnya.

Dalam peristiwa tersebut di atas ada suatu proses dengan unsur- unsure yang berurutan kedudukannya, seperti terlukis pada pola berikut :

Kebutuhan itu berfungsi sebagai suatu kekuatan yang menggerakkan atau menyebabkan individu itu bertingkah laku. Segala tingkah lakunya tertuju pada titik- titik yang dimaksudkan sebagai pemuas kebutuhan. Misalnya : Si Amin perutnya lapar, ia butuh makan, ia makan nasi untuk mengembalikan keseimbangan fisiknya.

Secara garis besar, kebutuhan dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

a. Kebutuhan Fisiologis

Pemusatan kebutuhan- kebutuhan fisiologi hanya menjamin penyesuaian organism fisik, sekalipun demikian ada hubungan yang sangat erat antara pemuasan kebutuhan fisik dan pencapaian penyesuaian psikologis.

b. Kebutuhan Psikologis

Organisme manusia terdiri atas aspek psikologis dan aspek fisik. Karena itu tingkah laku dan kehidupan mentalya didominasi oleh sejumlah keperluan psikologis yang pemuasannya bersifat funda mental untuk penyesuaian.

Keperluan-keperluan ini pada umumnya disebut kebutuhan psikologis. Penyesuaian psikologis menujukan suatu rasa aman, keseimbangan mental, ketenangan jiwa, kepuasan diri dan harga diri. Ada beberapa kebutuhan psikologis yang penting artinya untuk penyesuaian ialah: kebutuhan kasih sayang dan penghargaan social, kebutuhan akan rasa aman dan status, kebutuhan akan perhatian, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan prestasi dan kebutuhan pengalaman.

6. Kebutuhan Akan Pengalaman

Kebuthan ini termasuk kebutuhan dasar manusia yang mempengaruhi prilaku manusia yang paling dinamis.

Kebutuhan akan pengalaman harus disalurkan dengan cermat, mengarah kepada sesuatu yang sehat dan tidak berlebih-lebihan. Dalam hal ini bidang pendidikan hendaknya memberikan kesempatan yang banyak dan beragam untuk ekspresi dorongan ini dengan cara yang normal. Sehingga pemenuhan kebutuhan ini dapat membantu perkembangan pribadi dan tingkah laku yang wajar dalam kehidupan individu.

c. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial ini merupakan factor dinamis yang memberikan pegaruh langsung pada peyesuayan diri pada lingkugan atau hubungan sosial antar pribadi. dalam hal ini tidaklah bearti psikologi tidak memberikan implikasi pada tingkah laku social atau sebaliknya, kebutuhan megurangi secara dia berhubungan(intraksi) dengan individu lain. Adapun kebutuhan sosial yang yang sangat penting dalam kehidupan Individu ialah kebutuhan partisipasi, pengakuan, dan penyesuaian.

1. Kebutuhan akan partisipasi

Kebutuhan ini mendesak organisme individu untuk membagi pengalaman dan kegiatan sehingga memainkan peranannya dalam proses sosialisasi.

Dalam mengekspresikan kebutuhan tersebut, kadang-kadang individu menggunakan pengalaman yang telah ia miliki atau dalam peran-sertanya ia akan memperoleh pengalaman baru, bahkan kadang-kadang iapun ingin memenuhi kebutuhan akan prestasi dengan menuntut suatu sukses yang ingin dicapainya. Dengan demikian, Nampak kian nayata bahwa ada mata rantai yang saling menghubungkan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain yang diperankan dalam suatu kegiatan yang sama.

Perkembangan dan ekspresi yang normal dari kebutuhan ini memberikan dampak yang mengarah kepada pola tingkah laku yang menjamin penyesuaian sosial yang sehat dari individu itu.

2. Kebutuhan Akan Pengakuan

Keinginan di hitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. demikian juga pengakuan dari lingkuangan berpangkal pada peri keadaan individu itu misalnya ; pribadinya,kemampuan yang dimiliki, prestasi, dan kualitas personal individu itu sendiri.

Pendapat dan evaluasi orang lain merupakan suatu refleksi objektif dari harga diri pribadi dan dinamiaka pengakuannya ditentukan oleh adanya hubungan yang bersifat intrinsik dengan kebutuhan status.

Kebutuhan akan pengakuan yang terpenuhi atau mendapat respons memberikan pengaruh yang definitif menyehatkan terhadap cara penyesuaian diri.

Individu yang dikondisi rasa inferior, kurang akan kepercayaan diri, ragu akan keyakinan, perasaan gagal atau kurang berprestasi pada umumnya akan terhapus atau terhentikan oleh suatu pengakuan yang sehat.

3. Kebutuhan Akan Penyesuaian

Seseorang mendapat pengakuan dari lingkungannya, karena ada unsure-unsur yang dapat diterima kelompok atau lingkungannya. Unsure-unsur yang dapat diterima cenderung menunjukan antara lain menunjukan adanya perasamaan dan penyesuaian.

Kebutuhan akan persamaan yang mendapatkan pemenuahan secara baik akan memudahkan individu mengadakan hubungan sosial atau interaksi yang luwes dan lancar.

Untuk memenuhi kebutuhan (baik kebutuhan biologis ataupun kebutuhan psikologis), manusia melakukan tindakan-tindakan atau bertingkah laku.

Dalam garis besarnya tingkatan cara pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tingkah laku /atau bertindak dengan cara Refleks

2. Tingkah laku/bertindak dengan cara kebiasaan (habit)

3. Tingkah laku/bertindak dengan cara rasional dan emosional(belajar)

Cara yang ketiga ini adalah cara yang tingkatannya lrbih tinggi daripada keuda cara diatas.hal ini dilakuakan apabila individu tidak dapat memenuhi kebutuhan secara refleks yang habitual. Misalnya kebutuhan untuk mengembangkan diri(ilmu pengetahuan dan tekhnologi) dan sebagainya.

Kebutuhan dapat terpenuhi dengan cara belajar terus-manerus melalui sejumlah sarana dan prsarana. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi (setiap individu mempunyai ukuran tersendiri) melalui belajar, konsekwansi atau akibatnya adalah timbulnya frustasi. Dimana keadaan batin individu yang tidak dapat terpuaskan karena adanya suatu rintangan dan individu tersebut merasa sangat kecewa. Sehingga untuk mengindari frustsi dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, setiap individu dapat belajar yang juga bertingkat-tingkat. Meskipun tidak ada seorangpun yang mengajar, seseorang tetap bisa belajar, apakah seseorang dapat belajar atau tidak (manurut pengelihatan orang lain ) atau apakah yang dipelajari oleh seseorang tergantung pada orang itu sendiri , yaitu apakah yang ia kerjakan dan apa yang ia kerjakan sangat tergantung kepada kebutuhan dan motivasi, kebutuhan dan motivasi seseorang menjelma menjadi tujuan seseorang belajar. Dengan demikian belajar itu berorientasi kepada tujuan si belajar.

4. Tugas dan perkembangan remaja

Pikunas (1976) mengemukaakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja,yaitu;

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figure-figur otoritas

3. Mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi interpersonal, belajar mwembina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok.

4. Menemukan model untuk identifikasi

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sunber yang adap ada dirinya.

6. Memperkuat control diri berdasarkan nilai –nilai dan prinsip-prinsip yang ada

7. Meniggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

Dari tugas-tugas tersebut,tampak bahwa secara umum tugas perkembagan masa remaja berkaitan degan diri sendiri dan juga dengan sosial yang di hadapinya.semua perubahan yagn terjadi pada remaja dalam masa ini menuntut individu untuk melakukan penyesuaian di dalam dirinya,dan membentuk suatu sense of self yagn baru tentang siapa dirinya,untuk mempersiakan diri mengahadapi masa dewasa .

II. Tugas- Tugas Perkembangan Remaja

Pikunas (1976) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada periode pertengahan dan akhir masa remaja. Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan dirinya sendiri dan juga dengan lingkungan social yang dihadapinya. Pada saat ini remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang kongkret. Remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek hipotesis dan abstrak dari realitas. Contoh, aturan dari orang tua dan aturan yagn diberlakukan padanya tidak dipandang sebagai hal yang tidak mungkin berubah. Pada masa remaja terjadi proses belajar menyesuaikan diri dengan standard dan kebiasaan kelompok. Semua perubahan yang terjadi di dalam diri pada ini menuntut individu untuk melakukan penyesuaian, menerima perubahan itu sebagai bagian dari dirinya, dan membentuk suatu “sense of self” yang baru tentang siapa dirinya, untuk mempersiapkan diri menghadapi masa dewasa. Focus utama remaja adalah dirinya sendiri. Remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya tapi bagaimana dan dalam konteks apa remaja manjadi bermakna dan dimaknakan. Dengan kata lain, konsep diri remaja bergantung pada bagaimana orang lain mempertimbangkan kehadirannya. Jika remaja mampu menerima dirinya sebagai individu yang baik dan mampu menerima tuntutan- tuntutan dari lingkungan yang dihadapinya, maka ia akan siap menghadapi masa dewasa dengan peran- peran dan tanggung jawab yang baru.

Rumusan mengenai tugas perkembangan. Yang digunakan pada saat ini adalah beberapa patokan umum seperti yang diungkap oleh Havighurst (1953). Ia membuat dua kategori umum tugas perkembangan, yaitu :

1. Tugas perkembangan yang muncul pada waktu tertentu dan harus dipenuhi pada waktu itu.

Contoh : belaja berjalan dan belajar berbicara pada periode bayi..

2. Tugas- tugas yang bersifat sinambung, yaitu yang dijalani individu selama beberapa tahun dan bersifat jangka panjang.

Contoh : belajar berpartisipasi sebagai warga Negara yagn bertangung jawab.

Seorang individu berusaha untuk memenuhi tugas perkembangan dari satu periode perkembangan ke periode perkembangan berikutnya dengan memecahkan berbagai macam permasalahan tugas perkembangan, terdapat periode- periode kritis dalam proses perkembangan. Periode kritis yang terjadi pada seorang individu biasanya terkait erat dengan bentuk tugas perkembangan yang diharapkan mampu untuk dilakukan oleh individu pada periode perkembangan tertentu.

Menurut Havighurst (1953), merupakan hal yang penting bila anak dapat mengikuti dan berhasil dalam sebagian besar tugas- tugas pada waktu yang telah ditentukan. Sehubungan dengan tugas perkembangan, Havighurst (1953), mengemukakan suatu skema yang bersifat bio-sosio-psikologis. Hooker (1991) mengacu pada pendapat Havighurst yang mengemukakan bahwa pada dasarnya tugas- tugas perkembangan setiap periode perkembangan bersumber pada tiga hal yakni :

1. Fungsi dan struktur biologis dari individu (dasar- dasar biologis), misalnya : belajar mengontrol pembuangan, belajar menerima perubahan seks yang bersifat fisik pada remaja, belajar bertingkah laku yang sesuai dengan lawan jenis.

2. Ransangan atau tuntutan dari masyarakat serta tugas- tugas yang timbul terutama dari tuntutan masyarakat, misalnya : belajar membaca dan menulis, belajar menghargai milik orang lain, belajar menerima tanggung jawab dalam mengerjakan bagian seseorang dalam kegiatan kelompok.

3. Nilai- nilai dan aspirasi- aspirasi pribadi dan individu. Contoh: tugas- tugas yang muncul pada masa remaja akhir, terutama bersumber dari nilai dan motif dari individu, misalnya dalam hal memilih pekerjaan dan membentuk keyakinan beragama.

Havighurst mengakui deskripsi dari tugas- tugas yang dihasilkannya berdasarkan pada “nilai-nilai budaya demokratis pada masyarakat Amerika dari kelas menengah, dengan beberapa usaha untuk menampilkan hasil dari golongan bawah dan atas, dalam upaya untuk mendapatkan hasil yang bervariasi (1953). Havighurst merasakan bahwa dalam menggunakan pendekatan tugas perkembangan bagi pendidikan anak- anak, akan lebih berguna jika dapat membuat enam sampai dengan sepuluh tugas untuk tiap tahap perkembangan. Pada usia remaja terdapat pula tugas- tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Konopka, 1973 (dalam Pikunas, 1976; Ingersol, 1989), secara umum membagi masa remaja manjadi tiga bagian, yaitu :

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak- anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Focus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-19 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Pada masa ini teman sebaya masih berperan penting namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self directed). Remaja juga meulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan- keputusan awal yang berkaitan dengan sekolah dan pekerjaan yang kelak ingin capai.

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran- peran orang dewasa. Remaja pada masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk menerima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa. Pada tahap ini remaja menjadi matang.

Bahasan mengenai apa yang akan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang individu, disebut tugas perkembangan (havighurst, 1972).

Menurut Oerter (1985), dalam proses perkembangan selama rentang kehidupannya, seorang individu harus menguasai serangkaian “tugas- tugas perkembangan” yang muncul dari konstelasi- konstelasi khusus yang disebabkan oleh tekanan kematangan fisik, pengaruh- pengaruh sosio- cultural, dan kemampuan- kemampuan serta aspirasi- aspirasi individual. Beberapa contoh tugas perkembangan untuk masa remaja adalah : menerima dirinya sendiri, belajar mengenai peran sosial sebagai laki- laki atau perempuan, memilih dan bersiap- siap untuk menjalankan suatu pekerjaan, mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang- orang dewasa lainnya. Tugas- tugas ini dianggap sebagai peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya: “suatu tugas, yang timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan seorang individu. Apabila tugas tersebut berhasil diselesaikan, akan membawa kepada kebahagiaan dan keberhasilan penyelesaian tugas- tugas selanjutnya, sedangkan kegagalan- kegagalan akan membawa ketidakbahagiaan dalam diri individu.

Oerter (1986), mengungkap istilah tugas perkembangan dengan mengacu pada ruang lingkup yang lebih luas, yaitu :

1. Periode- periode dalam rentang kehidupan.

2. Tugas- tugas khusus yang terjadi secara normative dan telah ada berdasarkan periode- periode dari rentang kehidupan.

3. Kejadian kehidupan kritis yang diantisipasi lebih bersifat umum.

4. Rentang dari kemungkinan- kemungkinan yang terjadi dalam perkembangan.

Oerter (1978) memformulasikan kembali konsep tugas perkembangan untuk mengoperasionalkannya dalam penelitian empiris dengan menggunakan tiga komponen tugas perkembangan dari Havighurst. Oerter menurunkan model tunggal untuk mengabulkan ke tiga komponen, yaitu :

1. Fungsi dan struktur biologis individu.

2. Lingkungan khusus dalam kehidupan individu yaitu tugas yang timbul terutama dari tekanan masyarakat.

M. Thoyib HM

terkadang kehidupan dunia membuat kita lalai dalam mengerjakan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban untuk akhirat

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post