PEMULIHAN GIZI BURUK DI KALBAR

Pemulihan gizi buruk di beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Barat terkendala karena seringkali orangtua memaksa pulang anaknya dari pusat pemulihan gizi buruk. Orangtua berpikir sulit membagi perhatian untuk anak-anak yang mereka tinggal di rumah dengan anak yang sedang menjalani perawatan peningkatan gizi.

Hendri Hadad Kepala Seksi Gizi dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar menceritakan permasalahan inilah yang kemudian menjadi kendala pemerintah provinsi untuk memantau anak-anak dalam pemulihan gizi buruk. "Kepada mereka ini terpaksa harus menandatangani pernyataan," katanya. Kasus gizi buruk dan gizi kurang yang ditemukan di Kalimantan Barat pada 2006 cukup besar, mencapai sekitar 1.200, meningkat dari tahun 2005 yang sekitar 600 bayi.

Prevalensi gizi bunik Kalbar mencapai 2,51 persen dari jumlah Balita, masih berada di atas prevalensi gizi buruk yang ditargetkan pemerintah pada 2007 kurang dari dua persen. Prevalensi tertinggi kasus gizi buruk di Kalbar, khususnya dari Kabupaten Pontianak, Sambas, Sintang, dan Sanggau. Penyebab banyaknya kasus gizi buruk di Kalbar, ujarnya, adalah kemiskinan, geografi daerah (terpencil), lingkungan yang tak sehat, hingga pola asuh.
Ia juga mengungkapkan bayi gizi buruk yang telah dirawat di pusat Pemulihan gizi hingga beberapa minggu dan telah sehat, bisa kambuh lagi ketika kembali ke rumahnya, karena kembali kekurangan makan, ke lingkungan semula, kembali ke pola asuh yang lama dan lain-lain. "Angka kambuh gizi buruk balita Kalimantan Barat mencapai 10 persen, ini memang menyedihkan," kata Hendri saat berada bersama tiga bayi gizi buruk di Pusat Pemulihan Gizi Sui Durian.

Hedri menjelaskan gizi buruk adalah suatu keadaan akibat asupan gizi yang rendah atau penyakit sehingga tak sesuai antara Berat Badan dan Tinggi Badan bayi sehingga kurang tiga kg dari standar deviasinya. "Ibu-ibu seharusnya rutin menimbang dan selalu memantau berat badan anaknya setiap bulan ke Posyandu, meningkatkan pengetahuan tentang perlunya gizi bagi balita, serta memberi ASI cukup." katanya.

Mengenai informasi adanya gizi buruk di suatu daerah, Hendri meminta kesadaran masyarakat apabila menemukan adanya bayi gizi buruk di lingkungannya untuk melaporkan ke Pusat Kesehatan Masyarakat terdekat. Masalah gizi buruk memang ditangani oleh Puskesmas sebagai layanan kesehatan bagi masyarakat terdekat. Di bawah pengawasan dinas Kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota saat ini telah membuka beberapa pusat pemulihan gizi buruk dalam menangani masalah yang menjadi penyebab persentase tingginya angka kemiskinan di Kalimantan Barat.
M. Thoyib HM

terkadang kehidupan dunia membuat kita lalai dalam mengerjakan apa yang telah menjadi sebuah kewajiban untuk akhirat

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post